Beasiswa: Sebuah Mimpi Yang Menjadi Nyata

Entah sejak berapa tahun yang lalu, saya memiliki mimpi untuk sekolah ke luar negeri dengan beasiswa. Jika tidak salah, mungkin sejak saya duduk di bangku SMP. Yang ada di pikiran saya saat itu mungkin seperti ini “gimana sih rasanya tinggal di luar negeri? gimana rasanya punya temen dari negara lain? susah ngga sih hidup sendiri, di negeri orang?”. Lucu juga ya, anak SMP bisa kepikiran kayak gitu.

Setiap saya berdoa, keinginan tersebut tidak pernah terlewatkan untuk saya ucap. Di setiap buku catatan yang saya miliki, “beasiswa S2 ke luar negeri” selalu bertengger sebagai bucket list saya.

Setelah lulus kuliah S1, saya mulai mencari-cari informasi mengenai beasiswa. Mencoba kesana kemari, bahkan ikut tes ini-itu yang dijadikan prasyarat untuk mendapatkan beasiswa. Semuanya saya ikuti. Semua persyaratan sudah saya kantongi. Perburuan beasiswa siap dimulai.

Sembari bekerja, saya mencoba peruntungan di berbagai beasiswa. Mulai dari beasiswa yang ditawarkan pemerintah Indonesia, hingga yang ditawarkan oleh lembaga lain di luar negeri. Semuanya saya coba, selama dua tahun.

Namun titik terang belum juga terlihat. Kegagalan selalu datang. Di awal kegagalan, saya merasa sangat sedih. Tetapi setelah kegagalan kedua, ketiga, dan selanjutnya, sungguh, rasanya biasa saja! Hingga akhirnya saya mulai merasa lelah di akhir tahun kedua percobaan. Rasanya ingin menyerah saja. Saya bahkan bilang ke Farid kalau saya lelah, saya mau menyerah saja. Tapi Farid selalu bilang “coba lagi, ngga apa-apa, jangan nyerah dulu”. Dengan kata-kata itulah saya bertahan.

Kemudian suatu hari salah seorang sahabat saya memberitahu soal beasiswa dari pemerintah Hungaria. Dia bilang “ini cocok nih kayaknya buat lo, apply gih”. Ketika saya lihat pengumuman beasiswa itu, ternyata batas waktu pendaftarannya tinggal dua hari lagi! Yang benar saja! Kala itu saya sudah hampir putus asa dan rasanya malas sekali untuk mendaftar. Tapi entah mengapa, perasaan saya (ciye) berkata lain. Dalam hati saya berucap “coba aja deh, kali aja rejekinya disini”. Akhirnya di waktu yang sempit itu saya mencoba mendaftarkan diri dan mempersiapkan segala hal yang memungkinkan untuk dipersiapkan.

Ternyata dengan segala harap, doa, dan usaha, aplikasi beasiswa saya lolos tahap pertama. Tapi saya belum bisa berbangga diri, karena hal itu sering terjadi. Kegagalan di tahap akhir seleksi sudah jadi makanan saya. Sehingga saya menjalani proses seleksi ini seperti biasa. Eh ternyata, lolos lagi ke tahap selanjutnya.

Hingga suatu hari di bulan ramadhan, ketika saya sedang menunggu bis, saya iseng-iseng melihat kotak masuk email saya. Waw! Sebuah pengumuman beasiswa! Alhamdulillah, saya diterima! Sungguh rasanya senang bukan main, saya langsung memberitahu orang-orang terdekat saya.Kadang sampai hari ini, ketika saya sudah memulai perkuliahan pun, saya masih tidak percaya bahwa berhasil. Sungguh, keberhasilan akan datang ketika kita tidak menyerah pada keadaan. Sekarang saya sepenuhnya meyakini bahwa itu bukan sekedar kata-kata manis di kutipan buku.

Mungkin di waktu senggang lainnya nanti, saya akan banyak bercerita mengenai perjalanan saya ini. Sekarang saya sudahi dulu, sampai jumpa di cerita berikutnya.