Tepat Satu Tahun, Budapest Telah Jadi Rumah

Budapest, 9 September 2018

Berdiri saya disana bersama Hadi dan Tama, memandangi conveyor belt, menunggu koper kami masing-masing. Segera setelah semua koper tiba, kami menuju pintu keluar. Sudah ada seorang laki-laki, yang wajahnya sudah kami kenal karena sempat bertemu beberapa hari sebelumnya. Kak Hadied namanya. Langsung saja Kak Hadied menyambut kami dan menggiring kami keluar dari airpot. Ternyata sudah ada beberapa orang lain, ada Kak Arif dan Mba Nia. Tak menunggu lama, kami memesan taksi menuju asrama kampus. Sedangkan kakak-kakak yang menjemput kami melanjutkan dengan mobil pribadi.

Setibanya di asrama kampus, Kak Hadied dan Kak Arif membantu kami membawa koper ke kamar masing-masing. Tak lama kemudian kami langsung berangkat ke rumah Mba Nia, karena diajak makan malam disana. Di perjalanan menuju rumah Mba Nia, kami melihat cantiknya senja di tanah Eropa untuk pertama kalinya. Chain Bridge, Liberty Bridge, dan megahnya gedung Parlemen yang seakan melengkapi keindahan senja kala itu. Semuanya terlihat baru dan asing, tapi begitu indah. Saat itu saya dan Hadi tentu saja terpukau dan masih tidak percaya bahwa kami sudah ada di Budapest, Hongaria.

Budapest, 9 September 2019

Kini, tepat satu tahun sejak momen itu, apa yang saya rasakan?

Sejujurnya saya masih sering merenung, saat berjalan sendirian di sore hari sekedar untuk menikmati indahnya matahari terbenam di kota ini. Betapa saya masih saja tidak percaya bahwa sekarang saya tinggal di Budapest. Ribuan, bahkan jutaan rasa syukur selalu hadir dalam hati saya karena Allah memberikan saya kesempatan yang sangat berharga ini. Bedanya, kini Budapest sudah tidak terasa asing lagi, melainkan terasa seperti rumah. Yaa walau kadang masih ada rasa tidak percaya saya berada disini.

Lalu, selama setahun ini apa saja yang berubah dari diri saya? Apa yang membuat diri saya yang sekarang berbeda dengan diri saya satu tahun lalu? Pengalaman apa saja yang saya dapatkan selama setahun tinggal di Budapest?

  1. Mendapatkan Teman Baru

Saya bersyukur sekali, saya dipertemukan dengan orang-orang baik yang selalu mengisi hari-hari saya. Menghibur disaat duka, merayakan hidup bersama disaat suka. Merawat ketika sakit, dan menertawakan berbagai hal konyol yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari saya. I am forever grateful to Allah for giving me such friends in my life.

Beberapa wajah-wajah mereka:

2. Menyaksikan Dengan Mata Kepala Sendiri Pergantian Musim

Dari dulu saya selalu takjub melihat daun-daun berubah keemasan lalu gugur dengan anggun. Jika dulu saya hanya bisa melihatnya dari gambar-gambar di internet, kini saya sudah melihatnya secara langsung. Begitu juga dengan butiran-butiran salju yang jatuh dari langit. Serta bunga-bunga yang kembali bermekaran setelah tertidur di musim dingin. Semuanya indah dan terasa ajaib sekali.

3. Kembali ke Sekolah

Karena tujuan utama saya pergi ke Budapest adalah untuk mengejar mimpi studi di luar negeri, ya tentu saja ini adalah salah satu pengalaman paling berharga yang saya dapatkan. Belajar di lingkungan internasional dengan teman-teman dari berbagai negara sungguh sangat menyenangkan dan menantang di saat yang sama. Satu hal yang saya perhatikan sangat berbeda disini adalah, para pengajar di kampus saya selalu mengajak kami berdiskusi dan menyampaikan pendapat. Mereka selalu mengingatkan bahwa tidak ada yang salah dalam beropini, karena setiap orang punya sudut pandang yang berbeda. Namun disisi lain, sudah ada para ahli yang memiliki teori mengenai suatu hal. Sehingga kami dapat belajar menghargai pendapat orang lain, namun tidak melupakan teori yang sudah ada.

Saya juga belajar computer science, yang ternyata lebih banyak matematikanya. Jujur, ini adalah salah satu mata kuliah paling sulit buat saya. Tapi mata kuliah ini benar-benar mengasah logika saya dalam berpikir. Dan kalaupun saya mengalami kesulitan, ada teman-teman sekelas saya yang senantiasa bersedia untuk membantu. Saya senang sekali karena kami semua berkompetisi secara sehat. Kami saling bantu satu sama lain untuk sama-sama mencapai kesuksesan. Tidak ada yang saling menjatuhkan. Salut!

Best classmates ever + Computer Science Lecturer

4. Mengerjakan Apapun Demi Menyambung Hidup

Selama tinggal di Budapest, saya hidup dari uang beasiswa. Tapi, bukannya saya tidak bersyukur, melainkan memang uang beasiswa itu hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Pas-pasan lah pokoknya. Sedangkan kalau saya ada kebutuhan lain, uangnya dari mana dong? Lalu kalau saya ingin traveling, biayanya dari mana? Tentu saja saya harus bekerja. Pekerjaan apapun saya lakoni, asalkan tidak mengganggu perkuliahan dan tentunya halal. Saya ikut tampil di festival-festival seni yang bekerja sama dengan KBRI, tentu setiap tampil dan menari, saya mendapatkan bayaran. Saya juga bisnis katering kecil-kecilan bersama teman saya. Melihat adanya peluang dari turis-turis Indonesia yang sedang traveling ke Budapest namun tetap ingin makanan yang halal, tapi bosan kalo makannya nasi biryani terus. Ya saya jualan makanan khas Indonesia yang halal dong hehehe. Sungguh ini adalah pengalaman yang seru banget, harus bangun subuh-subuh untuk masak, pagi-pagi sekali harus sudah mengantar makanan ke hotel untuk sarapan pagi para turis. Tapi semuanya terasa menyenangkan, dan saya juga jadi dapat uang jajan tambahan untuk jalan-jalan hehehe.

Nari Saman di Night At The Museum
Nari Saman Pertama Kali di Utazas Festival
Masak Katering buat Sarapan
Pagi-Pagi udah nganter katering

5. Jalan-Jalan Keliling Eropa

Rugi rasanya, kalau sudah tinggal di tanah Eropa tapi tidak menjelajahi negara-negara yang ada di dalamnya. Jadi, jika saya ada waktu luang pasti menyempatkan untuk jalan-jalan ke negara di sekitar Hongaria. Ada banyak hal di luar sana yang bisa dijelajahi. Tentunya, setiap perjalanan menghasilkan cerita baru yang aneh-aneh tapi menyenangkan.

Krakow, Poland
Vienna, Austria
Brussels, Belgium
Barcelona, Spain
Milan, Italy
Venice, Italy
Mostar, Bosnia & Herzegovina
Zagreb, Croatia

6. Magang di Perusahaan Internasional

Sejak musim panas tahun ini, saya resmi menjadi intern di Agoda, sebuah Online Travel Agenci yang berasal dari Thailand namun sudah memperluas bisnisnya ke berbagai negara salah satunya tentu saja di Hongaria ini. Beruntungnya lagi, kantor Agoda ini jaraknya cuma 10 menit jalan kaki dari rumah saya. Senang sekali rasanya bisa bekerja di lingkungan internasional dan bertemu rekan kerja yang baik-baik sekali. Teman-teman satu tim saya pun selalu saling membantu jika ada yang kesulitan. Di waktu senggang atau akhir pekan pun kami menyempatkan untuk main bareng.

Agoda Jersey Day

7. Mengenal Diri Sendiri

Last but not least, tentu saja adalah mengenal diri sendiri lebih baik. Walau sejujurnya masih banyak pertanyaan di dalam kepala saya mengenai diri saya sendiri, setidaknya sekarang saya sedikit demi sedikit lebih paham mengenai diri saya. Ternyata setelah diperhatikan, saya itu orangnya antara sabar banget atau nggak sabar sama sekali at the same time. Ternyata saya orangnya moody banget dan gampang down. Overthinking tapi perfectionist di saat yang sama. Nggak tegaan, gak bisa bilang nggak ke orang lain, tapi gamau menderita sendiri juga. Sekalinya bisa ‘tega’ ke orang, abis itu bisa ngerasa bersalah seharian. Kalo lagi nggak mood, bisa ngurung diri di kamar seharian. Saya tipe orang yang ngga bisa ngebiarin temen saya menderita sendirian. Saya seringkali merasa ingin menyerah, tapi disaat yang sama nggak mau menyerah karena ngerasa ‘yaelah tanggung’. Jadi secara nggak langsung bisa dibilang saya orangnya gigih. Saya orang kadang suka ngomong ‘kalo bisa gue bantu, kenapa ngga?’ tapi kadang suka ngomong ‘yaelah kerjain aja sendiri masa gitu aja gabisa?’. Sekarang sedang belajar menanggapi berbagai hal dengan ‘yaelah’ atau ‘yaudahsih’. Terutama yang menyangkut omongan orang atau urusan orang. Abisan urusan diri sendiri kan udah banyak, ngapain mikirin urusan orang? Sekarang saya sudah sadar, saya nggak mau jadi dosen hehehe padahal dulu sempat punya cita-cita begitu. Dan yang terpenting adalah selama satu tahun ini saya merasa saya lebih bisa sayang dengan diri sendiri, lebih sering jalan kaki dan melakukan hal-hal yang membuat saya bahagia. Bersyukur sekali Allah memberikan saya kesempatan untuk melakukan semua ini.

Saya berdoa, semoga di tahun terakhir saya di Budapest ini akan ada banyak hal indah dan menakjubkan untuk dikenang. Semoga Allah selalu melindungi serta memudahkan segala urusan saya dan teman-teman seperjuangan saya disini. Tidak sabar kembali ke tanah air, tapi disaat yang sama saya juga enggan meninggalkan Budapest.